Cara Menentukan Beban Pendinginan (Cooling Load)
Dalam air conditioning dikenal beberapa istilah jumlah aliran panas
yaitu:
- Space heat gain. Jumlah aliran panas pada waktu tertentu adalah jumlah panas yang mengalir masuk dan atau dihasilkan dalam suatu ruangan pada waktu tertentu tersebut. Heat gain dapat dibedakan berdasarkan cara aliran panasnya (radiasi matahari melalui permukaan transparan; penerangan dan peralatan didalam ruangan; konduksi panas melalui dinding dan atap; konduksi panas melalui partisi, plafon dan lantai; panas yang dihasilkan penghuni; pertukaran panas akibat ventilasi dan infiltrasi udara luar; dan lain-lain) dan jenis panasnya (sensible; latent).
- Space cooling load. Jumlah panas yang harus dikeluarkan dari ruangan untuk menjaga temperatur dalam ruangan konstan. Total space heat gain pada waktu tertentu tidak langsung menjadi total space cooling load pada waktu tersebut. Hal ini dikarenakan panas dari radiasi tidak langsung menjadi cooling load melainkan diserap oleh permukaan-permukaan dan objek-objek dalam ruangan dahulu. Setelah mereka menjadi lebih panas dari udara ruangan, panas baru dilepaskan ke udara ruangan dengan cara konveksi.
- Space heat extraction rate. Jumlah panas yang dikeluarkan dari ruangan akan sama dengan space cooling load apabila temperatur ruangan dijaga konstan. Biasanya dalam sistem air conditioning perubahan kecil temperatur ruangan masih diizinkan (temperature swing) sehingga space heat extraction rate tidak sama dengan space cooling load.
- cooling coil load. Jumlah panas yang harus dikeluarkan oleh cooling coil yang melayani beberapa ruangan. Akan sama dengan jumlah space cooling load (jumlah heat extraction rate bila temperatur dijaga konstan) ruangan-ruangan yang dilayani coil ditambah dengan beban-beban external.
Teknik perhitungan space cooling load yang diperkenalkan oleh ASHRAE sampai saat ini
ada tiga yaitu :
1.
Total equipment temperature differential/time averaging method (TETD/TA). Konsepnya menggunakan teknik respon faktor untuk berbagai
tipe dinding dan atap untuk menghitung nilai TETD sebagai fungsi dari sol-air temperature dan temperatur
ruangan yang ingin dipertahankan. Berbagai komponen space heat gain dihitung dengan TETD yang bersangkutan dan hasilnya
ditambahkan dengan elemen internal heat
gain, menghasilkan instantaneous
total rate of space heat gain. Ini diubah menjadi instantaneous cooling load dengan teknik time-averaging (TA), terhadap komponen radiasi heat gain untuk waktu tertentu berdasarkan nilai waktu sebelumnya.
2.
Transfer function methode (TFM). Konsepnya
adalah menggunakan koefisien conduction
transfer function (CTF), sol air temperature dan temperatur ruangan yang
diinginkan dipertahankan untuk menghitung space
heat gain permukaan eksterior non-transparan. Solar heat gain dan internal
load dihitung untuk langsung pada waktu pembebanan. Kemudian digunakan
koefisien room transfer function
(RTF) untuk mengkonefersikan heat gain
yang mengandung komponen radiasi menjadi cooling
load, dengan menghitung storage
effect dan nilai cooling load
pada waktu sebelumnya.
3.
CLTD/SCL/CLF Method. Metode ini menggunakan data penghitungan dengan TFM untuk
mendapatkan data cooling load temperature
diffrential (CLTD). Juga dikembangkan reset untuk memperoleh data-data cooling load factor (CLF) dan solar cooling load (SCL). Dengan metode
ini perhitungan cooling load dapat
dilakukan dalam satu langkah perhitungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Don't be shy: Leave your comments !